Sisi yang Sama

Ada masa-masa di mana aku duduk diam, hanya untuk mencoba mengurai apa yang sebenarnya aku rasakan. Bukan karena tidak ingin bercerita, tapi karena rasanya terlalu banyak yang berdesakan di kepala. Mungkin inilah rumitnya menjadi dewasa, saat segalanya terasa, tapi tak semuanya bisa diucapkan. 

Dan dari sana, aku mulai belajar: bahwa tidak semua hal harus dijelaskan, tapi bisa tetap dimengerti. Tulisan ini adalah sepotong perenungan, tentang diam yang tak selalu berarti lemah, dan tentang cinta yang seharusnya tidak membuat kita kehilangan diri sendiri.


ternyata, jadi dewasa serumit ini.
banyak sekali hal yang berputar di kepalaku sekarang.
sudah kucoba mengabaikannya, tapi makin diabaikan, justru makin terasa menusuk..

dan sekarang aku mengerti kenapa orang dewasa di sekitarku lebih banyak diam.
seperti bapak, seperti kakakku.

dulu aku pikir mereka hanya tak banyak bicara.
tapi ternyata, pikirannya ramai sekali.
penuh hal yang tak bisa selalu diceritakan.

dan aku pun bertanya-tanya,
bagaimana bisa mereka mengurai semua ini tanpa terlihat goyah?

mungkin karena itulah, tanpa sadar, aku belajar dari mereka.
dari ketenangan yang mereka tunjukkan.
dari diam yang ternyata menyimpan begitu banyak tanya.

tindakanku hari ini, caraku mengambil keputusan,
mungkin adalah hasil dari menyerap semua itu.

belajar dari cara mereka menahan,
dari cara mereka bertahan.

tapi jujur, kadang aku pun masih bingung sama diriku sendiri.
apalagi ketika kita terlibat dalam hubungan.

entah itu pertemanan, pekerjaan,
atau perasaan yang diam-diam tumbuh.

selalu ada titik di mana sesuatu terasa mulai miring.
ada hari-hari di mana aku pengin maju,
pengin jujur, pengin ngelangkah.

dan tanpa sadar aku jadi berpikir:

"ini aku harus nerima semuanya atau gimana ya?"

tapi ada juga hari di mana sikapmu
bikin aku pengin ninggalin semuanya,
berhenti berharap, dan selesai.

apakah mencintai seseorang artinya juga menerima hal-hal yang bikin ragu? 

atau justru perasaan ragu itu jadi alarm bahwa kita harus berhenti dan berpikir ulang?

tapi aku juga sadar satu hal: manusia memang kompleks.
nggak selalu tahu apa yang harus dilakukan.
nggak selalu bisa sempurna.

aku melihat banyak hubungan di sekitar yang berjalan timpang.
yang satu terus memberi, yang lain diam saja.
yang satu terus peka, yang lain sibuk memberi tanda tanya.

padahal hubungan yang sehat bukan soal siapa yang paling banyak berkorban,
tapi tentang saling.

saling mengerti.
saling menghargai.
saling mendengarkan.

dari semua yang kualami dan kusaksikan, aku mulai sadar:
kesetaraan itu penting.
sama itu penting.

dialah yang menjaga segalanya tetap seimbang.
yang menjadi pengingat bahwa hubungan bukan ladang pengorbanan satu arah.

bagaimana jika seseorang terlalu lama menunggu, terlalu sering bertanya, terlalu banyak memahami, tapi tak pernah dipahami?

bukankah kita boleh pergi? 
apakah jahat saat kita memilih diri sendiri?

karena bagiku, mencintai orang lain tanpa mencintai diri sendiri,
lama-lama hanya membuatmu hampa.

setidaknya kamu tahu, kamu pernah tulus.
tapi sekarang waktunya menyeimbangkan.

karena kamu juga pantas mendapat yang sepadan.
yang tidak bikin kamu terus-menerus menebak.

aku nggak selalu punya jawabannya.
tapi aku tahu satu hal:
aku berhak merasa utuh,
bahkan tanpa harus terus-menerus bingung oleh sinyal yang nggak jelas.

dan kalau suatu hari aku memilih diam,
bukan berarti aku nggak peduli.
mungkin aku cuma sedang belajar mencintai diriku lebih dulu.

belajar untuk kembali ke dalam
menata ulang hal-hal yang sempat kacau karena terlalu sibuk memikirkan orang lain.

karena pada akhirnya,
kesetaraan bukan hanya tentang siapa yang memberi lebih banyak
tapi tentang siapa yang mau berdiri di sisi yang sama,
dengan hati yang sama,
dan arah yang sama.


aishameinn

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kita dan Jarak

Batu Karang

Perayaan Patah Hati