Kita dan Jarak
Kita pernah berjalan di bawah langit yang sama, Menertawakan hal-hal kecil tanpa peduli dunia. Kebersamaan itu seperti halaman buku yang kusuka, Penuh cerita, tak ingin kututup begitu saja. Kini, jarak menjadi batas yang tak bisa ditawar, Meninggalkan rindu yang tak pernah benar-benar pudar. Kita ada, tapi tak sepenuhnya bisa saling mendekap, menyayangi dalam diam, mencintai dalam jarak.~
ada banyak hal yang ingin kulakukan bersamamu. hal-hal sederhana yang tak perlu direncanakan sedemikian rupa, hanya butuh kehadiranmu di sisiku. duduk di tepi jalan sambil menikmati secangkir kopi masing-masing, karena aku sudah bisa minum kopi, aku belajar untuk menyukai hal lain, dan sekarang aku sudah tercandu di dalamnya. setelah itu mungkin kita bisa bertukar cerita tentang hari-hari yang melelahkan menjadi dewasa, jika sudah penat bisa juga berjalan tanpa tujuan menghirup udara segar, membiarkan langkah kita mengalir begitu saja.
sederhana, namun sukar sekali. kita terjebak dalam sesuatu yang lebih rumit dari sekadar rindu. jarak membentang di antara kita, bukan hanya kilometer, tetapi juga batasan yang kita enggan atau tak mampu dilewati. hubungan kita lebih dari sekadar teman, tapi juga tak bisa disebut sebagai pasangan. kita berada di titik abu-abu, saling peduli tanpa kepastian, saling mencari tapi juga ragu untuk benar-benar mendekat. rasanya sungguh menyesakan di dalam dada. aku tak bisa menuntut apapun darimu, walaupun aku ingin lebih darimu.
ingin sekali rasanya berterus terang kepadamu, tentang semua yang kurasakan dan pikirkan dari kejujuran perasaan terdalamku. tapi selalu ada yang menahanku. entah ego, gengsi, ketakutan, atau mungkin karena aku tahu bahwa setelah kata itu keluar, tidak akan ada lagi yang sama. sungguh aku tak ingin merusak apa yang tersisa dari kita, meskipun entah sejak kapan kita mulai berjarak, membiarkan waktu dan keadaan merenggut apa yang dulu begitu mudah.
ada saatnya aku ingin bertanya, apakah kau juga merindukan hari-hari kita dulu? hari di mana segalanya terasa ringan, di mana kita bisa menjadi diri sendiri tanpa harus memikirkan batas-batas yang kini memisahkan. aku ingin tahu apakah aku hanya sendirian dalam perasaan ini, atau kau juga diam-diam menyimpan sesuatu yang tak sempat kau ucapkan padaku. semesta, entah bagaimana, seperti tidak memberi kita ruang untuk kembali. setiap kali aku ingin melangkah mendekat, ada hal yang membuatku berhenti. entah jarak, keadaan, atau mungkin kita sendiri yang tanpa sadar membiarkan semuanya menjauh.
padahal, kalau boleh jujur, kebersamaan kita dulu adalah salah satu bagian paling seru dalam hidupku. ada tawa yang tak dibuat-buat, kenyamanan yang tak perlu dipaksakan, dan kebebasan untuk menjadi diri sendiri tanpa takut dihakimi. aku masih ingat bagaimana hari-hari kita diisi dengan obrolan panjang, tantangan-tantangan kecil yang kita buat sendiri, dan kebiasaan-kebiasaan yang mungkin sekarang terasa remeh, tapi dulu begitu berarti.
aku ingin sekali menghabiskan waktu bersamamu tanpa perlu memikirkan batas yang mengikat. aku ingin kita bisa bebas menjadi diri sendiri tanpa harus mengukur setiap langkah dengan pertanyaan "seharusnya bagaimana?" tapi mungkin itu hanya angan-angan. karena pada akhirnya, aku dan kamu masih di tempat kita masing-masing, berbicara dalam diam, menyusun rencana yang tak pernah terlaksana.
dan mungkin, begitulah cara kita mencintai dengan jarak, dengan rindu yang selalu tertahan, dan dengan kebersamaan yang hanya bisa kita simpan dalam angan. namun yang perlu kau tahu, aku sangat merindukan moment kita bersama. bisakah kita mengulangnya kembali?
aishameinn
Komentar
Posting Komentar