Lentera yang Menyala Dalam Gelap

"Ia adalah lentera yang tetap menyala meski dikelilingi kegelapan. Hidupnya mungkin tidak semudah orang lain; sejak kecil ia sudah berjalan sendirian tanpa bimbingan seorang ayah. Namun, justru di tengah kesendirian itulah ia belajar untuk berdiri teguh. Dalam sunyi yang akrab, ia belajar mengolah kesedihan menjadi kekuatan, mengubah rasa kehilangan menjadi dorongan untuk terus maju."

pukul 23.30 malam, biasanya kami sudah tenggelam dalam tidur, namun malam ini berbeda, aku masih terjaga, larut dalam lukisan di layar laptop, sementara suara sahabatku mengisi keheningan. aku tak menyangka malam itu akan mengalir begitu panjang. awalnya, kami hanya berbagi keluh kesah sederhana tentang keadaan di kantor, menjalin kedekatan dengan sesama staf. sebagai staf baru, kami memahami bahwa belajar dari para “senior” adalah bagian dari perjalanan ini, dan kebetulan orang yang ditunjuk untuk membimbing kami sama-sama staf lelaki. kemudian, sahabatku bertanya, sebuah pertanyaan yang perlahan membuka pintu-pintu makna yang lebih luas

"sepertinya ada batas tinggi antara aku dan dia (rekan kerjanya yang lawan jenis)" 

"kenapa? mungkin perlu waktu saja, kita kan anak baru" jawabku

"tapi kenapa kamu langsung akrab dengan dia (partner kerjaku)? kok bisa?"

aku terdiam sejenak dan menghentikan kegiatanku. benar juga, kita masuk di waktu yang sama. meski pengalaman tiap orang melangkah berbeda, namun satu bulan telah berlalu dan aku sudah terlihat akrab dengan partner kerjaku. bagiku berbicara dengan lawan jenis bukan hal yang sulit, apalagi berkaitan dengan pekerjaan, semua terlihat sama. namun itu bertolak belakang dengan sahabatku, ada kejanggalan yang hadir saat ia bertemu lawan jenis, ketidaknyamanan yang sulit ia uraikan, seakan dinding tak kasat mata membatasi ruang di antara mereka. setelelah percakapan panjang sepertinya aku mengerti dan menyadari bahwa dinding itu nyata bagi dirinya. dengan keberanian penuh, akhirnya aku bertanya padanya

"bagaimana sosok lelaki yang baik menurutmu?"

"aku tidak mengerti , aku tumbuh tanpa figur ayah, aku ngga faham gimana sosok lelaki yang baik itu seperti apa"

aku terdiam, lalu dia melanjutkan kalimatnya

"kau tahu, dulu saat terbangun dari tidurku, aku sering menangis, merasa dunia ini tidak adil, kenapa  harus aku yang terlahir seperti ini?"

trauma yang dalam, rasa takut itu selalu muncul ketika pagi menerpa. mencacati semesta bahwa dunia yang ia miliki tidak sempurna seperti yang lain. namun perlu dia tahu, bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna, setiap orang memiki cacatnya bukan? kelemahan dan luka adalah bagian dari perjalanan, sebuah tanda bahwa ia telah bertahan, meski terkadang terjatuh. mungkin rasa takut itu datang setiap pagi, mengingatkannya akan kekurangan dan luka yang ia bawa, tetapi yang tidak ia sadari adalah betapa kuatnya ia untuk tetap bangkit meski bayangan masa lalu tak pernah benar-benar hilang.

bagiku kau itu seperti lentera yang tak pernah padam, meski angin badai datang berusaha memadamkan cahanya, dirinya memiliki jalanya sendiri untuk menerangi jalanya.  dalam prosesnya, ia menyadari bahwa dirinya adalah satu-satunya lentera yang bisa menerangi jalan yang ia tempuh. ia tidak menunggu terang datang dari luar, melainkan mengukir cahayanya sendiri, perlahan namun pasti, membentuk jiwanya yang kokoh dan matang di tengah ketidakpastian. setiap perjalanan yang ia tempuh ia memilih bersinar dengan keteguhan. dan karena itulah dia ada disini, menjadi perjalanan yang ia peluk dengan penuh penerimaan, meskipun membutuhkan waktu 25 tahun lamanya.

luka dan kegagalan yang dialaminya menjadi pelajaran yang berharga yang memperdalam karakternya. bahkan dia tumbuh menjadi pribadi yang baik dan pintar. tak kusangka pribadinya memiliki trauma yang dalam, karena ketika bersamanya hal yang kulakukan adalah bermain dan belajar, belajar kuliah, belajar kehidupan, belajar apapun itu. karena bagiku ia adalah sosok yang bijaksana dan penuh kasih.  kali ini aku belajar lagi darinya bahwa luka-luka tak harus disembunyikan atau dilupakan, tetapi dihadapi dan disembuhkan dengan kelembutan pada diri sendiri. ketabahan dan hati yang terbuka merupakan kekuatan yang muncul dari rasa sakit. hebat betul kurasa.

beruntung sekali aku memiliki sahabat sepertimu, senang rasanya berbagi luka denganku, bukankah aku menjadi salah satu orang yang beruntung mendapatkan cerita darimu? semoga dengan hadirnya diriku menjadi penyemangat bagimu, setiap cacat dan luka yang kita bawa adalah bagian dari cerita hidup dan seharusnya bukan sesuatu yang kita sembunyikan, tetapi diakui dan dicintai. cinta terhadap diri sendiri bukanlah egoisme, melainkan pengakuan atas nilai intrinsik kita sebagai manusia, tak henti-hentinya ku mengingatkanmu juga bahwa kita layak mendapatkan kebahagiaan, bukan hanya dari pencapaian luar, tetapi juga dari penerimaan yang dalam terhadap siapa kita sebenarnya.

dia menemukan ketenangan di balik setiap luka, menyadari bahwa keindahan adalah keutuhan hati yang menerima setiap pengalaman hidup. dia menjadi lentera yang membawa ketenangan, bukan hanya bagi dirinya sendiri, tetapi juga bagi orang-orang di sekitarnya, sebagai bukti bahwa kekuatan bukanlah suara yang keras, melainkan cahaya yang tidak pernah padam di tengah malam yang panjang. dia adalah sosok yang telah menemukan kekuatan sejati dalam dirinya sendiri dan berdiri teguh di atas setiap luka yang pernah ada. kau baru berulang tahun 27 oktober lalu, kulihat pribadimu menjadi sosok wanita yang tegar dan kuat, sungguh aku belajar banyak darimu. 

kau adalah sosok pertama yang mengajarkan aku arti sebuah percakapan di kampus ini, dan kau pula yang menemani langkahku saat kita bersama menjelajahi kota ini, mencari harapan baru untuk kehidupan yang kita impikan. entah kau akan membaca tulisan ini atau tidak, tetapi izinkan aku mengucapkan terima kasih. terima kasih telah membagikan lukamu, memberi ruang bagi kisah-kisah yang tak terucap, dan terima kasih atas keteguhanmu yang tak tergoyahkan di tengah segala ujian. kekuatan hatimu menjadi cahaya yang membimbingku di dunia yang kadang terasa kejam ini. 

aku ingin meminta maaf jika kehadiranku kadang merepotkan. aku sadar bahwa sifatku mungkin membuatmu jengkel. namun, aku berjanji untuk memperbaiki diriku, karena nasihat yang kau berikan selalu datang dari tempat yang tulus, tidak pernah terasa menggurui, melainkan menginspirasi. aku yakin, di suatu masa nanti, kau akan menemukan kebahagiaan yang berkali lipat lebih besar dari sekarang. teruslah menjadi manusia yang baik, karena dalam kebaikanmu, kau bukan hanya menyentuh hidupku, tetapi juga mengajarkan arti ketulusan dan harapan. 

kau sudah seperti saudari perempuan bagiku. 


aishameinn

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kita dan Jarak

Batu Karang

Perayaan Patah Hati