Cermin Dua Sisi
Ia adalah cermin yang selalu melihat dirinya sendiri dan memantulkan gambaran yang sempurna, indah, kuat, mempesona, dan tanpa cela. Banyangan itu awalnya begitu rapuh, retak, dan siap pecah oleh ketidakpuasan yang tidak pernah berhenti. Adakah sisi lain cermin yang menghadap ke dunia luar yang mungkin ia belum lihat sepenuhnya? Ia percaya bahwa dunia harus mengenal kehebatan dirinya sendiri, tetapi sebenarnya lebih penting untuk mengenal kehebatan orang lain dan dunia sekitarnya.
dia selalu berpikir dia adalah inti dari segalanya ketika melihat cermin. separuh dari dirinya adalah kebenaran, dan separuh lainya adalah perhatian. apakah ada individu seperti itu? itu pasti. aku telah bertemu dengan banyak orang seperti ini dalam hidup. mereka tidak menyadari bahwa di balik pantulan selalu ada ketidaksempurnaan, dan untuk menemukan makna dalam hidup, bukankah mereka harus berani melihat ke dalam dan ke luar, memahami bahwa setiap cerita memiliki kebahagiaan dan kesedihan sendiri.
ia adalah pelukis kehebatan yang tak pernah merasa utuh. dalam upayanya untuk selalu terlihat kuat, sempurna, dan tak tertandingi, ia kehilangan bagian terdalam dari dirinya. ketika orang lain melihat dirinya sebagai pusat perhatian, ia melihat mereka sebagai sumber untuk mengisi ruang kosong dalam dirinya. setiap pujian dan pengakuan adalah tambalan pada retakannya sementara dan rapuh, namun cukup untuk menutupi kekosongan itu sejenak.
bagaimana manusia yang baik bertumbuh? aku bertanya kepada dia yang bercermin, kurasa hadirmu selalu perlu diakui, dipuji dan dihormati bukan? karena itulah rasa berani timbul? lucu sekali jika itu benar. menurutku penerimaan kekurangan dan keterbukaan diri adalah jalan untuk berani. pengakuan adalah bukan nilai sejati untuk menilai latar belakang orang. nilai sejati adalah cerminan yang memperlihatkan kebaikan, kekuatan dan kebijaksanaan yang datang dari jiwa yang tulus, tanpa adanya pengakuan.
Komentar
Posting Komentar