Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2024

Cermin Dua Sisi

Ia adalah cermin yang selalu melihat dirinya sendiri dan memantulkan gambaran yang sempurna, indah, kuat, mempesona, dan tanpa cela. Banyangan itu awalnya begitu rapuh, retak, dan siap pecah oleh ketidakpuasan yang tidak pernah berhenti. Adakah sisi lain cermin yang menghadap ke dunia luar yang mungkin ia belum lihat sepenuhnya? Ia percaya bahwa dunia harus mengenal kehebatan dirinya sendiri, tetapi sebenarnya lebih penting untuk mengenal kehebatan orang lain dan dunia sekitarnya. dia selalu berpikir dia adalah inti dari segalanya ketika melihat cermin. separuh dari dirinya adalah kebenaran, dan separuh lainya adalah perhatian. apakah ada individu seperti itu? itu pasti. aku telah bertemu dengan banyak orang seperti ini dalam hidup. mereka tidak menyadari bahwa di balik pantulan selalu ada ketidaksempurnaan, dan untuk menemukan makna dalam hidup, bukankah mereka harus berani melihat ke dalam dan ke luar, memahami bahwa setiap cerita memiliki kebahagiaan dan kesedihan sendiri. ...

Batu Karang

kali ini aku ingin menceritakan batu karang. iya batu karang yang ada di laut itu. pernah dengar pribahasa tentang batu karang? singkatnya saja batu karang itu simbol keteguhan yang diam. batu karang di pantai  terus menurus dihantam oleh ombak, setiap detik menit tahun dan seterusnya. namun dia tetap berdiri kokoh di tempatnya tidak mudah hancur meskipun  "disakiti" permukaanya, dia hanya terkikis sedikit demi sedikit. sehingga batu karang tetap utuh. namun ini bukan tentang batu karang.  adakah pribadi yang seperti batu karang itu? aku mengenal satu orang. sangat mengenal baik bahkan. dia hidup bagaikan batu karang di pantai. batu karang ini sering menyayatkan luka pada dirinya. luka yang ia biarkan terjadi karena tetap memilih diam dan bertahan. luka yang dihantam bertubi-tubi, luka yang datang selalu menyakiti batu karang kecil disekitarnya, luka yang dia dapatkan karena menjaga makhluk yang tinggal di dalamnya. "tidak peduli seberapa besar ombak dilaut, aku harus te...

Terpaku

 hari ini, aku ingin menceritakan sebuah kisah. dia kawan baikku. dia selalu mendengarkan orang lain, selalu ada dan selalu bersedia untuk direpoti. dimana mau mencari teman seperti itu lagi jaman sekarang?  suatu hari, ketika kita sedang mengisi perut ditengah serangan tugas akhir (skripsi) yang tidak berhenti itu, selalu ada percakapan yang cukup dalam diantara kami. banyak sekali ocehan yang dikeluarkan hingga kita duduk di bangku makan itu berjam-jam lamanya. percakapan sampah sampai  pembahasan hidup adalah topik andalan kami, sampai kami bercerita tentang masa depan masing-masing yang sudah kami tata sedemikian rupa, namun diakir kalimat dia selalu saja berkata yang tidak baik. "dia punya orang tua yang kaya, dia punya orang dalam, dia sudah hebat dari bayi... sedangkan aku hanya seorang biasa ngga bisa apa-apa"  ya Tuhann rasanya aku geram sekali ketika berbicara dengan orang seperti itu. muak sekali kupingku mendengar ocehanya. setiap kali kuberikan semangat ...

Lara Selalu Impas

"Ketika Kau Melukai Hati Seseorang, Kau Juga Melukai Hati Nuranimu Sendiri" hidup kadang sebecanda itu memang. cape banget dengan kondisi pencapaian yang ditumpahkan dengan kompetisi. bukakankan melelahkan hidup seperti itu? bukanya ketenangan jiwa lebih penting dari apapun? bohong sekali ketika kita memperjuangkan kebahagian dan sanjungan hanya untuk kebahagiaan sesaat namun sangat menyesakan di dalam dada.  bukankah Allah sudah sangat Maha Adil? membahagikan hambanya dengan porsi masing-masing. bahkan melimpah ruah nikmat yang diberikan kepada kita. apakah jiwamu buta?  mana rasa syukurmu itu, tidakah malu dengan mereka yang mencari harapan dan melakukan pengorbanan besar demi sesuap nasi. jangankan orang lain, lihat orang tua kita bagaimana kerja keras, kasih sayang melimpah ruah, berjuang untuk anaknya agar memiliki kehidupan yang layak dikemudian hari.  berlajarlah untuk mengerti,  aku tau kau sakit. tapi dengan melukai orang lain juga tidak  akan membuatmu...